Senin, 25 Mei 2020

LAPORAN PEMERIKSAAN DEFISIENSI ENZIM G6PD


LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI III
PEMERIKSAAN DEFISISENSI ENZIM GLUKOSA -6- FOSFAT - DEHIDROGENASE (G6PD)

Description: IMG-20190326-WA0004

NAMA            : VIRA SAPUTRI
NIM                : 18 3145 353 083
KELAS           : 2018 C







PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
                                                                        2019/2020          
BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR  BELAKANG
Defisiensi G6PD merupakan penyakit defisiensi enzim tersering pada manusia, sekitar 2-3% dari seluruh populasi di dunia diperkirakan sekitar  ± 400 juta manusia di seluruh dunia. Frekuensi tertinggi didapatkan daerah tropis, ditemukan dengan frekuensi yang bervariasi pada berbagai ras Timur tengah, India, Cina, Melayu, Thailand, Filipina dan Melanesia. Defisiensi G6PD menjadi penyebab tersering kejadian ikterus dan anemia hemolitik akut di kawasan Asia Tenggara 14. Di Indonesia insidennya diperkirakan 1-14% 17,18, prevalensi defisiensi G6PD di Jawa Tengah sebesar 15% 19, di pulau-pulau kecil yang terisolir di Indonesia bagian Timur (pulau Babar, Tanimbar, Kur dan Romang di Propinsi Maluku), disebutkan bahwa insiden defisiensi G6PD adalah 1,6 - 6,7% (Satrio Wibowo, 2007) .
       Enzim G6PD mengkatalisis langkah pertama dalam jalur fosfat pentosa, glukosa mengkonversi ke ribosa-5-fosfat (gambar 1) dan melindungi sel terhadap stres oksidatif dalam bentuk NADPH. Defisiensi G6PD merupakan salah satu kelainan enzimatik herediter yang paling sering dari eritrosit manusia. Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas G6PD memainkan peran penting dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui produksi NADPH (Khaterina, 2012) .
       Saat ini ditemukan sekitar 160 mutasi bersama dengan lebih dari 400 varian biokimia telah dijelaskan (Cappellini,2008). Varian G6PD oleh WHO telah diklasifikasikan ke dalam empat kategori   tergantung pada aktivitas residu enzim dan manifestasi klinis. Varian kelas I memiliki defisiensi enzim yang berat (kurang dari 10% dari normal) yang berhubungan dengan anemia hemolitik kronis non-spherocytic. Varian  kelas II juga memiliki defisiensi enzim berat (kurang dari 10% dari normal), varian kelas III memiliki defisiensi enzim ringan (10% sampai 60% dari normal). Varian  Kelas IV tidak memiliki defisiensi enzim (60% sampai 150% dari normal). Awalnya varian G6PD  ditandai secara biokimia menurut aktivitas enzim dalam eritrosit, mobilitas elektroforesis, Michaelis Konstan, pemanfaatan analog substrat dan termostabilitas (Khaterina, 2012) .
            Oleh karena itu yang melatar belakangi pemeriksaan kali ini yaitu untuk mengetahui prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
B.  TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini untuk mengukur kadar LDH yang terdapat pada sampel darah pasien.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD) adalah enzim dalam lintasan Pentosa Fosfat yang mengkatalisis konversi Glukosa-6-fosfat menjadi 6fosfoglukono-δ-lakton dan menghasilkan koenzim Nikotinamid Dinukleotida Fosfat (NADPH) yang berfungsi sebagai tenaga pereduksi di dalam sel. Karena tidak memiliki mitokondria, lintas Pentosa Fosfat merupakan satu-satunya sumber penghasil NADPH dalam sel darah merah. Pada saat bereaksi G6PD menghasilkan NADPH dan atom hidrogen yang dibutuhkan oleh sel untuk mengaktifkan Glutation tereduksi (GSH) dari bentuk teroksidasinya (GSSG) melalui bantuan enzim Glutation reduktase. Glutation tereduksi esensial bagi sel berfungsi untuk menjaga bentuk sel tetap normal, menangkap radikal bebas dan  menjaga hemoglobin tetap dalam bentuk fero sehingga tetap mampu berfungsi sebagai pembawa oksigen (Dimas Ramadhian, 2013) .
            Enzim G6PD merupakan polipeptida yang terdiri atas 515 asam amino dengan berat molekul 59,265 kilodalton 15. Enzim G6PD merupakan enzim pertama  jalur  pentosa  phoshat,  yang  mengubah  glukosa-6-phosphat  menjadi  6-fosfogluconat pada proses glikosis. Perubahan ini menghasilkan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate (NADPH), yang akan mereduksi glutation teroksidasi (GSSG) menjadi glutation tereduksi (GSH). GSH berfungsi sebagai pemecah peroksida dan oksidan radikal H2O2 (Gambar 1) 10- 16. Dalam keadaan normal peroksida dan radikal bebas dibuang oleh katalase dan gluthatione peroxidase, selanjutnya meningkatkan produksi GSSG. GSH dibentuk dari GSSG dengan bantuan enzim gluthatione reductase yang  keberadaannya tergantung pada NADPH (Satrio Wibowo, 2007) .
            Enzim GSH berfungsi sebagai pemecah peroksida dan oksidan radikal H2O2 yang menjaga keutuhan eritrosit sekaligus mencegah hemolitik.11,12,19,20  Umumnya bayi dengan defisiensi G6PD tidak bergejala, hemolisis terjadi bila pasien terpapar bahan eksogen yang potensial menimbulkan kerusakan oksidatif antara lain obat-obatan, bahan kimia (naftalen, benzena ), dan infeksi (Kamila Budhi, 2008) .
            Gen Enzim terletak pada lengan panjang dari kromosom X (Xq28) dan lebih cenderung mempengaruhi laki-laki daripada perempuan dan lebih mengafeksi pria dibandingkan wanita karena lebih rentannya pria terhadap kondisi genetik yang terpaut kromosom X, seperti halnya defisiensi G6PD (Beutler 2008). Analisis-analisis klinis dan biokimia telah mengkarakterisasi lebih dari 400 varian yang kebanyakan disebabkan mutasi titik pada gen penyandi. Perubahan basa menghasilkan perubahan asam amino yang berbeda yang menyebabkan terjadinya perubahan fenotip dengan abnormalitas aktivitas enzim yang berbeda-beda dan diiringi dengan gejala klinis yang berbeda pula (Farhud dan Yazdanpanah 2008). Monomer  G6PD memiliki 515 asam amino dengan berat molekul 59 Kda dan hanya aktif dalam bentuk dimer atau tetramer yang juga berikatan NADP. Pelipatan antara 2 bentuk yang aktif bergantung pada pH . Agregasi dari monomer yang aktif dan konversinya menjadi bentuk yang aktif akan berpengaruh kepada keberadaan NADPH (Dimas Ramadhian, 2013) .
            Peranan enzim G6PD dalam mempertahankan keutuhan sel darah merah serta menghindarkan kejadian hemolitik, terletak pada fungsinya dalam jalur pentosa fosfat 13. Sel darah merah membutuhkan suplai energi secara terus menerus untuk mempertahankan bentuk, volume, kelenturan dan menjaga keseimbangan potensial membran melalui regulasi pompa natrium-kalium. Fungsi enzim G6PD adalah menyediakan NADPH yang diperlukan untuk membentuk kembali GSH, yang berfungsi menjaga keutuhan sel darah merah sekaligus mencegah hemolitik 10,12-16. Umumnya defisiensi G6PD tidak bergejala. Hemolisis terjadi bila penderita terpapar bahan eksogen yang potensial menimbulkan kerusakan oksidatif, yaitu : obat-obatan, bahan kimia, infeksi dan kacang fava (Satrio Wibowo, 2007) .
            Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD) adalah penyakit genetik terpaut kelamin yang telah menyerang kurang lebih 400 juta orang di seluruh dunia dan mempunyai frekuensi yang tinggi di Afrika, Mediterranean, dan populasi Asia yang merupakan wilayah endemik malaria. Kelainan enzim yang pa1ing umum terjadi pada manusia ini menyebabkan bayi yang baru lahir berwarna kuning, yang dapat menyebabkan "kernicterus" dan kematian atau kelumpuhan. Kelainan ini juga dapat menyebabkan krisis hemolitik yang mengancam jiwa penderita apabila berinteraksi dengan obat-obatan tertentu atau kacang "fava" (Teresa Liliana, 2015) .
            Difisiensi G6PD adalah cacat enzimaatik karena mutasi gen G6PD, varian mutan gen ada 130 jenis mutan, penyakit ini bila terpapar oksidan, sel reitrosit mudah lisis (Suhartati, 2010) .
            Satrio Wibowo 2007, mengemukakan bahwa menurut Word Health Organization (WHO) membuat klasifikasi berdasarkan varian yang ditemukan di setiap negara, subtitusi nukleotid dan subtitusi asam amino yaitu 12, 16 :
Kelas I :Anemia hemolitik non sferositosis (aktifitas residual G6PD, <20).   Merupakan jenis defisiensi enzim G6PD yang jarang ditemukan. Kelompok ini mempunyai kelainan fungsional yang berat (varian Harilaou). Sel darah merah tidak mampu mempertahankan diri dari oksidan endogen, sehingga terjadi hemolisis kronik. Adanya pemaparan dengan faktor pencetus akan menyebabkan terjadinya eksaserbasi anemia hemolitik akut.
Kelas II :defisiensi berat (aktifitas residual G6PD, <10). Kelompok  defisiensi enzim G6PD berat (varian G6PD Mediteranian). Pemaparan dengan faktor pencetus (eksogen) akan menimbulkan hemolisis akut dan proses tersebut akan terus berlanjut selama masih terdapat pemaparan dengan faktor pencetus. Hal ini disebabkan rendahnya aktivitas enzim G6PD baik pada sel darah merah yang tua maupun muda.
Kelas III :defisiensi sedang (aktifitas residual G6PD, 10-60). Kelompok defisensi enzim G6PD ringan (varian G6PD A). Pada kelompok ini, hemolisis yang timbul akibat pemaparan dengan faktor pencetus akan berhenti dengan sendirinya walaupun pemaparan masih terus berlanjut. Hal ini disebabkan aktivitas enzim G6PD pada sel darah merah yang muda masih cukup tinggi untuk menahan oksidan, dan hanya sel darah merah yang tua saja yang mengalami hemolisis.
Kelas IV:non defisiensi (aktifitas residual G6PD, 100). Kelompok yang tidak mengalami gejala-gejala defisiensi G6PD
Kelas V  :non defisiensi (aktifitas residual G6PD, >100) 
       Sebagian besar individu defisiensi G6PD adalah asimtomatik sepanjang hidup mereka, dan tidak menyadari keadaan ini. Pada umumnya bermanifestasi sebagai anemia hemolitik akut, favism, neonatal jaundice, atau anemia kronis non-hemolitik sferositik. yang biasanya muncul ketika eritrosit mengalami stres oksidatif yang dipicu oleh zat oksidan  seperti obat-obatan, infeksi, atau mengkonsumsi kacang fava. Defisiensi G6PD  tampaknya tidak mempengaruhi angka harapan hidup, kualitas hidup  atau aktivitas individu. Beberapa gangguan klinis, seperti diabetes dan infark miokard dan latihan fisik berat, telah dilaporkan memicu hemolisis pada individu defisiensi G6PD; walaupun paparan bersama antara infeksi atau  oksidan obat dapat menyebabkan hal ini.  Mekanisme yang tepat yang meningkatkan sensitifitas terhadap kerusakan oksidatif menyebabkan hemolisis tidak sepenuhnya diketahui. penyebab hemolisis akut pada defisiensi G6PD ditandai dengan kelelahan, sakit punggung, anemia, dan jaundice.Peningkatan bilirubin tak terkonjugasi, laktat dehidrogenase,dan retikulositosis adalah marker kelainan tersebut (Khaterina, 2012) .
            Penyakit defisiensi G6PD adalah penyakit genetic, jadi idk menular tetapi dapat diwariskan pada keturunannya (penyakit keturunan). Pewarisan sifat keturunan yang terdapat didalam keluarga dengan defisiensi G6PD yang bersifat relative terkait kromosom X terutama dari kromosom X (garis ibu) sebagai pembawa. Kromosom X dan Y bertanggung jawab dalam penentuan seks atau jenis kelamin. Inti sel somatic pada pria mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y dengan tanda XY, sedangkan pada wanita mempunyai dua kromosom X denngan tanda XX. Dalam keadaan sakit ditulis Xº, sedangkan normal sebagai X atau Y. pada penyakit defisiensi enzim ini yang menderita adalah X yang sifatnya resesif sehingga pria bila (XY) Hemizigot normal dan bila (XºY) Hemizigot penderita atau sakit. Pada wanita (XX) Hemozigot normal dan (XºX) heterozigot karier atau pembawa sedangkan (Xº Xº) Homozigot penderita adalah sakit (Suhartati, 2010) .


 BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. PRINSIP PERCOBAAN
Enzim G6PD mengkatalisis langkah pertama dalam jalur fosfat pentosa, glukosa mengkonversi ke ribosa-5-fosfat dan melindungi sel terhadap stres oksidatif dalam bentuk NADPH. Defisiensi G6PD merupakan salah satu kelainan enzimatik herediter yang paling sering dari eritrosit manusia. Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas G6PD memainkan peran penting dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui produksi NADPH.
B. PRA ANALITIK
ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
a)    Tabung reaksi
b)   Rak Tabung
c)    Mikropipet 
d)   Torniquet
e)    Stopwatch
2.      Bahan
a)    Spoit
b)   Natrium Sitrat 3,8%
c)    Plasma/Control
d)   Label
e)    Sodium Nitrat glucose solution 0,1 
f)    Alkohol swab 70%
g)   Tip
h)   Kertas Label
i)     Pot sampel 
j)     Methylene Blue 0.1 ml
C.  ANALITIK
CARA KERJA 
a)      Diambil darah dan di masukan kedalam tabung EDTA
b)      Diberi label pada masing- masing tabung
c)      Diberi control masing-masing kontrol1,2,dan 3
d)     Dipipet reagen 0,1 sodium nitrat glukosa solution ke masing-masing tabung
e)      Diberi Methylene Blue 0,1ml kedalam masing-masing tabung
f)       Dihomogenkan reagen dan sampel
g)      Dihomogenkan 2ml tabung yang berisi control
h)      Dicampurkan sampel darah dan reagen
i)        Dihomogenkan kembalu menggunkan tangan
j)        Dipipipet 2 ml negatif control dan di campurkan dengan reagen
k)      Diinkubasi dengan suhu 37°C selama 90 menit
l)        selanjutnya di inkubasi kembali selama 90 menit
m)    Di Homogenkan kembali
n)      Ditambahkan 2,ml  with distilled water dan di inkubasi
o)      Dimasukan sampel sebanyak 20 mikron kedalam Ve control
p)      Dihomogenkan kembali
q)      Ditambahkan 20 sampel micron pada tabung negatif control lalu homogenkan
r)       Ditambahkan 20 mikron liters test lalu dihomogenkan
D. PASCA ANALITIK
INTERPRESTASI HASIL
( contro Positif) : merah Tua
(control Negatif) : merah muda
(Test) : merah muda







 BAB IV
     HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
            Pada praktikum yang dilakukan tentang pemeriksaan defisisensi enzim glukosa -6- fosfat - dehidrogenase (g6pd) yang bertujuan untuk mengukur kadar LDH yang terdapat pada sampel darah pasien.
Adapun prinsip dari praktikum kali ini yaitu Enzim G6PD mengkatalisis langkah pertama dalam jalur fosfat pentosa, glukosa mengkonversi ke ribosa-5-fosfat dan melindungi sel terhadap stres oksidatif dalam bentuk NADPH. Defisiensi G6PD merupakan salah satu kelainan enzimatik herediter yang paling sering dari eritrosit manusia. Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas G6PD memainkan peran penting dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui produksi NADPH.
Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD) adalah enzim dalam lintasan Pentosa Fosfat yang mengkatalisis konversi Glukosa-6-fosfat menjadi 6fosfoglukono-δ-lakton dan menghasilkan koenzim Nikotinamid Dinukleotida Fosfat (NADPH) yang berfungsi sebagai tenaga pereduksi di dalam sel. Enzim G6PD membantu sel darah merah tetap berfungsi normal dan menjaga sel darah merah dari senyawa berbahaya. Bila tubuh kekurangan enzim ini, sel darah merah akan pecah lebih cepat disbanding pembentukannya sehingga menyebabkan anemia.
Defisiensi enzim Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD) adalah penyakit keturunann akibat kekurangan enzim G6PD. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan cacat enzimaatik karena mutasi gen G6PD, varian mutan gen ada 130 jenis mutan, penyakit ini bila terpapar oksidan, sel reitrosit mudah lisis.
Diagnosis defisiensi G6PD berdasarkan penilaian aktivitas enzim,secara kuantitatif dengan analisa spektrofotometri dari produksi NADPH dari NADP (Cappellini,2008), dipikirkan juga jika ditemukan hemolisis akut pada laki-laki ras afrika. Pada anamnesis perlu ditanyakan tentang kemungkinan terpapar dengan zat oksidan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pemeriksaan aktivitas enzim mungkin false negative jika eritrosit tua defisiensi G6PD telah lisis. Oleh karena itu aktivitas enzim perlu diulang 2-3 bulan kemudian ketika ada sel-sel yang tua.
Pada pasien dengan defisiensi G6PD A (-), hemolisis terjadi self-limited sehingga tidak perlu terapi khusus kecuali terapi untuk infeksi yang mendasari dan hindari zat oksidan yang mencetuskan hemolisis serta mempertahankan aliran ginjal yang adekuat karena adanya hemoglobinuria saat hemolisis akut. Pada hemolisis berat mungkin diperlukan transfusi darah
       Adapun prosedur pemeriksaan dari defisiensi enzim G6PD yaitu pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu sample darah sebanyak 3 tabung EDTA, tabung reaksi 3 buah, pada tabung 1 diberi code=Ve control, pada tabung 2 kontrol negative dan pada tabung 3 untuk test, selanjutnya sodium nitrit dihomogenkan terlebih dahulu, lalu dipipet sebanyak 0,1 ml dan di masukkan pada tabung control + Ve, dan 0.1 ml dimsukkan pada tabung untuk test. Selanjutnya dipipet methylane blue sebanyak 0.1 ml dimasukkan pada tabung yang berkode untuk test lalu dihomogenkan, dipipet sampel darah dengan menggunakan pipet eritrosit sebanyak 2 ml pada masing-masing tabung (control + Ve, control negative, dan pada test) dan masing-masing dan homogenkan, kemudiian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 90 menit, setelah di inkubasi dihogenkan kembali pada masing-masing tabug, kemudian disediakan tabung sebanyak 3 lalu diencerkan dengan air suling sebanyak 2 ml, dipipet sampel dari tabung control + Ve sebanyak 20 mikron demasukkan pada tabung control + Ve, lalu dihomogenkan, dipipet control negativ sebanyak 20 mikron  dan dimasukkan pada tabung control negative lalu homogenkan, selanjutnya dipipet sampel dari tabung test sebanyak 20 mikron, dimasukkan pada tabung test yang berisi air dan homogenkan, lalu dilihat hasilnya.
       Adapun hasil yang didapatkan pada pemeriksaan enzim G6PD ini yaitu pada tabung control (+) Ve berwarna merah tua, (-) control berwarna merah muda, dan pada tabung (test) berwarna merah kecoklatan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan yaitu didapatkan warna merah tua pada pada tabung +Ve control, warna merah muda pada negative control dan warna merah tua pada tabung test.
B. SARAN
Diharapkan pada praktikum selanjutnya praktikan dapat memahami prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan mempraktekkannya dengan baik dan lebih teliti serta mengefisienkan waktu dengan sebaik-baiknya juga selalu menggunakan APD pada saat sedang berada di dalam laboratorium. Serta dapat mencoba metode lain.


















DAFTAR PUSTAKA
Elgi Alfa Katherina, 2012. Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase  (G6PD)”. Malang: Skipsi Biokimia Kedokteran

Noor Ramadhian Dimas, 2013.“Karakterisasi Molekuler Defisiensi Enzim Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase Homo Sapiens Di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, Indonesia”. Bogor: Skripsi

Rahardjani Budhi Kamilah, 2008. Kadar  Bilirubin Neonatus dengan dan Tanpa Defisiensi Glucose­6­Phosphate Dehydrogenase yang Mengalami  atau Tidak Mengalami  Infeksi”. Semarang: Sari Pediatri. Vol.10, No.2

Suhartati, 2010.”Mewaspadai Difisiensi Glukosa6 Fosfat Dehidrogenase (G6PD) Dalam Upaya Mewujudkan Indonesia Sehat”. Surabaya: Pidato

Warga Setia Liliana Teresa, 2015. Varian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase” Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Vol.3, No.2

Wibowo Satrio, 2007.“Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus  Dengan Dan Tanpa Defisiensi Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase,  Infeksi Dan Tidak Infeksi”. Semarang: Tesis









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PEMERIKSAAN DEFISIENSI ENZIM G6PD

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI II I PEMERIKSAAN DEFISISENSI ENZIM GLUKOSA -6- FOSFAT - DEHIDROGENASE (G6PD) NAM A             : VI...