LAPORAN
PRAKTIKUM HEMATOLOGI III
PEMERIKSAAN RETIKULOSIT

NAMA : VIRA
SAPUTRI
NIM : 18 3145 353 083
KELAS : 2018
C
PROGRAM
STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS
FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS
MEGAREZKY
MAKASSAR
2019/2020
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak
jauh dalam tubuh untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal
antara sel-sel itu sendiri. Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat
elemen selular diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel
darah merah) pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin terbungkus membran
plasma yang mengangkut O2 dalam darah. Leukosit (sel darah putih) satuan
pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera atau tempat invasi
mikro organisme penyebab penyakit. Trombosit penting dalam homeostasis,
penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera. Jika darah mengalami
gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan terganggu pula (Khairil dan
Sutikno, 2016).
Menurut
Made pada tahun, 2016, darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu:
1.
Plasma darah : Bagian cair darah
yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah.
2.
Butri- butir darah (Blood Corpucles), yang terdiri atas, eritrosit sel
darh merah (SDM) –red blood cell (RBC) dan lekosit sel darah putih (SDP)- white
blood cell (WBC) dan trombosit butir pembeku platelet.
Retikulosit adalah sel yang
dapat dilihat dengan pewarnaan supravital yang mewarnai asam nukelat dan harus
mempunyai lebih dari 2 granula yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya dan
granula tersebut tidak boleh berada di tepi membran sel. Pewarnaan supravital
yang dapat digunakan adalah larutan Brilliant Cresyl Blue, New Methylene Blue,
Azure B, Acridine orange untuk metoda visual dan zat warna fluorokrom seperti
Thiazole orange, Auramine O, Oxazine dan Polymethine yang bisa digunakan pada
metode otomatik. retikulosit dapat diperiksa dengan cara manual dan otomatik
(Prof. dr.Riandi, 2010) .
Manfaat hitung retikulosit
membantu dokter untuk mengetahui aktifitas dari eritropoesis. Bila meningkat
akan disertai dengan peningkatan jumlah retikulosit absolut dan nilai IRF. Hal
ini terjadi pada eritropoesis yang efektif. Pada eritropoesis yang tidak
efektif, peningkatan IRF tidak disertai dengan meningkatnya jumlah retikulosit
absolut (Prof. dr.Riandi, 2010) .
Oleh karena itu, dilakukanlah pemeriksaan retikulosit,
dimana untuk mengetahui apakah ada
penyakit-penyakit dan
untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam volume darah tertentu serta
mempelajari prosedur kerja dari pemeriksaan agar bisa lebih dipahami.
B. TUJUAN
Untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam volume darah tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan
salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Di dalam darah
terkandung berbagai macam komponen, baik komponen cairan berupa plasma darah,
maupun komponen padat berupa sel-sel darah. Hematologi merupakan salah satu
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang darah dan jaringan pembentuk darah. Di
dalam darah mengandung sel-sel darah serta cairan yang di sebut plasma darah
yang berisi berbagai zat nutrisi maupun substansi lainnya. Sekitar 55 % darah
merupakan komponen cairan atau plasma, sisanya yang 45% dalah komponel sel-sel
darah. Komponen sel-sel darah yang paling banyak adalah sel darah merah atau
eritrosit yaitu sejumlah 41% (Novi, 2018) .
Darah
memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai
transportasi
darah,
mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh untuk metabolisme. Karbon
dioksida yang dihasilkan selama metabolisme dibawa kembali ke paru-paru oleh
darah, di mana ia kemudian dihembuskan keluar. Darah juga menyediakan sel-sel
nutrisi, mengangkut hormone dan membuang produk li/mbah dari hati, ginjal atau
usus. Regulasi, Darah membantu
menjaga keseimbangan tubuh. Misalnya, memastikan suhu tubuh tetap terjaga. Hal
ini dilakukan baik melalui plasma darah, yang bisa menyerap atau mengeluarkan
panas, serta melalui kecepatan aliran darah. Saat pembuluh darah melebar, darah
mengalir lebih lambat dan ini menyebakan panas hilang. Bila suhu lingkungan
rendah maka pembuluh darah bisa berkontraksi, sehingga sesedikit mungkin panas
bisa hilang. Perlindungan,
Jika pembuluh darah rusak, bagian tertentu dari gumpalan darah
bersatu dengan sangat cepat memastikan bagian luka berhenti berdarah. Inilah
cara tubuh terlindungi dari kehilangan darah. Sel-sel darah putih dan zat
pembawa lainnya juga berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh (Widiastuti, 2019) .
Sel
darah darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, eritrosit mempunyai kandungan protein hemoglobin, yang
mengangkut sebagian besar oksigen dari paru ke seluruh sel tubuh. Sel eritrosit
diproduksi di sumsum tulang. Eritrosit terbentuk melalui beberapa tahapan yaitu
pembelahan dan perubahan morfologi sel-sel berinti dimulai dari proeritoblas
sampai ortokromatik eritroblas, kemudian membentuk eritrosit tidak berinti yang
disebut retikulosit dan akhirnya menjadi eritrosit (Yesinta, 2016) .
Retikulosit adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih
muda yang tidak berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum
tulang .Sel ini mempunyai jaringan organela basofilik yang terdir dari RNA dan protoforpirin yang dapat berupa
endapan dan berwarna biru apabila di cat dengan pengecatan bi ru metlin.
Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang lebi h
selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit (Ketut,
2010) .
Retikulosit biasanya berada di darah
selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila
retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tulang, retikulosit imatur dapat
berada di sirkulasi selama 2-3 hari (Zefika, 2019) .
Retikulosit yang sangat muda
(imatur) adalah retikulosit yang di lepaskan ke darah tepi akibat adanya
rangsangan akibat anemia dan hal ini di sebut stress edreticulocyte.
Retikulosit jenis ini mempunyai masa hidup invivo yang lebih pendek apabila di
tranfusi kan kedalam resipien normal dan secara umum di anggap sel ini tidak
normal karena tidak melalui perkembangan sel yang normal sampai kedivisi
terminal dari perkembangan. Diperkirakan waktu pemat angan r etikulosit adalah
berkisar antara 2–5 jam, tergantung metode yang di pakai, spesi es yang di
pelajari dan juga tingkat stimulasi Proses eritropoesis tersebut. Faktor yang
menent ukan kapan retikulosit keluar dari sumsum tulang kesirkulasi masih belum
jelas di ketahui (Ketut, 2010) .
Tingkat maturitas retikulosit dapat
menjadi indikator klinis aktivitas eritropoetik serta informasi tambahan yang
berguna di samping nilai hitung retikulosit. Peningkatan retikulosit imatur
umumnya terjadi pada regenerasi sumsum tulang pasca kemoterapi atau
transplantasi sumsum tulang dan pasca terapi anemia sehingga dapat digunakan
untuk mengikuti hasil pengobatan anemia7. Anemia secara fungsional
didefinisikan sebagai penurunan massa eritrosit dengan akibat oksigenasi
jaringan tidak dapat terpenuhi. Beberapa jenis anemia yang ada pada pasien
tuberkulosis yaitu anemia penyakit kronis, merupakan salah satu penyebab
tersering anemia pada penderita. Anemia penyakit kronis ditemukan pada 72 %
penderita tuberkulosis yang mengalami infiltrasi ke sumsum tulang (Sri
Aprilianti, 2018) .
Jumlah retikulosit normal ada pada
darah tepi karena dalam proses penuaan eritrosit terjadi penurunan lambat
metabolisme eritrosit. Banyak enzim memperlihatkan penurunan fungsi, dan sel
menjadi lebih peka terhadap lisis osmotik. Sekitar 1 % sel darah merah
disingkirkan setiap hari oleh system retikuendotel (RES). Sel-sel ini diganti
oleh retikulosit dari sumsum tulang. Tubuh yang kehilangan darah akan
menimbulkan respon eritropoetin yang
diatur oleh hormon eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal dalam enam jam,
dan hitung retikulosit naik dalam 2 sampai 3 hari dan mencapai puncaknya 4
sampai 7 hari. Angka ini akan tetap tinggi sampai kadar hemoglobin kembali
normal. Hitung retikulosit yang tidak meningkat pada seseorang memberi dugaan
terganggunya fungsi sumsum tulang atau
kurangnya rangsangan eritropoeitin (Yane Liswanti, 2015) .
Hitung reikulosit merupakan komponen
penting dari pemeriksaan darah lengkap yang relative akuurat, sedehana, dan
praktis untuk menggambarkan jumlah produk eritrosit oleh sistem eritropoetik
sehingga dapat dikerjakan dilaboratorium yang relative sederhana. Gambaran
retikulosit sedarhana sesungguhnya oleh
sumsum tulang ditunjukkan dengan nilai IPR yang dihitung dengan cara koreksi 2
tahap hitung retikulosit. Koreksi pertama adalah terhadap derajat anemia
penderita yang digambarkan dengsn rasio hematocrit (Ht) disbanding normal, dan
koreksi kedua adalah terhadap wakru pematangannya di darah tepi yang memanjang
karena pelepasan retikulosit sumsum tulang terjadi lebih awal (Setyawati, 2005)
.
Pemeriksaan hitung retikulosit
dilakukan secra manual menggunakan pengecetan supravital dengan brilliant crecyl blue. Jumlah
retikulosit dihitung di bawah mikroskop (menggunakan “jendela” ocular manual)
dalam 1000 eritrosit kemudian kemudian di konversi dalam persen. Retikulosit di
identifikasi sesuai standar hitung manual yaitu eritrosit tidak berinti yang
mengandung 2 atau lebih partikel tercat biru sebagai presipitasi substansi RNA
ribosomal (Setyawati, 2005)
Hitung retikulosit dapat berupa
persentasi sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit
absolut terkoreksi, atau reticulocyte
production indeks. produksi sel darah merah efektif merupakan proses
dinamik. Hitung retikulosit harus dibandingkan dengan jumlah yang di produksi
pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung retukulosit terkoreksi = [{(%
retikulosit penderita x hamtokrit)45}/Faktor koreksi] (Ari Sutjahjo,2015) .
Hitung retikulosit yang meningkat
pada kadar hemoglobin yang normal menunjukkan bahwa sel darah merah sedang
mengalami kerusakan atau hilang, tetapi sumsum tulang telah meningkatkan
produksi eritrosit untuk mengkompensasi kebutuhan tubuh. Pada kadar hemoglobin
yang rendah, hitung retikulosit 0,5% sampai 2,5% mengisyaratkan bahwa respon
terhadap anemia tidak memadai. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan atau
penurunan produksi sumsum tulang atau penurunan kadar eritropoietin (Zefika,
2019) .
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Waktu
Adapun
waktu yang dilaksanakannya peda praktikum Hematologi III kali ini yaitu :
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 April 2020
Pukul :18.00-10.00 WITA.
B. Alat Dan Bahan
1.Alat
a.
Mikroskop
b.
Mikropipet
50ml + Tips kuning
c.
Tabung
Reaksi 12x75mm
d.
Kaca
objek
2. Bahan
a. Darah EDTA
b. Larutan BCB (Briliant Cresyl Blue)
c. Oil Emersi
C. Prinsip Kerja
Setelah
eritrosit muda kehilangan intinya, ada sedikit sisa RNA pada sel darah merah
dan sel itu disebut retikulosit untuk mengetahui adanya RNA maka sel darah merah
harus diperiksa pada saat masih hidup (vital) sehingga proses pengecetan ini
disebut pengecatan supravital.
D. Pra-Analitik
1. Persiapan Pasien :
Tidak
memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan Sampel :
Tes
sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam darah
dimasukkan kedalam tabung EDTA
E. Analitik
1.
Disiapkan
darah EDTA ±2cc
2.
Dipipet
50ml larutan BCB, Masukkan dalam tabung reaksi
3.
Dipipet
50ml darah EDTA dan homogenkan bersama larutan BCB
4.
Diinkubasi
campuran larutan tadi selama 15-20’ pada suhu 37 derajat
5.
Dibuat
apusan dari campuran larutan seperti apusan darah tipis
6.
Dikeringkan dan lansung dibacaa di bawah
mikroskop dengan pembesaran 100x
7.
Diitung
jumlah retikulosit dalam 1000 eritrosit.
F. Pasca Analitik
1.
Dewasa
: 0.5 - 1.5 %
2.
Bayi
baru lahir : 2.5 - 6.5 %
3.
Bayi
: 0.5 - 3.5 %
4.
Anak
: 0.5 - 2.0 %
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum pemeriksaan
B. PEMBAHASAN
Pada
praktikum yang dilakukan tentang pemeriksaan retikulosit menggunakan metode pewarnaan
supravital. Sampel darah dicampur dengan larutan brillian cresyl blue (BCB)
atau new methylene blue maka ribosom akan terlihat sebagai filament berwarna
biru. Jumlah retikulosit di hitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %,
jadi hasilnya dibagi 10. Pemeriksaan ini untuk mengukur jumlah sel darah merah
muda dalam volume darah tertentu.
Adapun
prinsip dari praktikum kali ini yaitu Setelah eritrosit muda kehilangan intinya, ada sedikit sisa
RNA pada sel darah merah dan sel itu disebut retikulosit untuk mengetahui
adanya RNA maka sel darah merah harus diperiksa pada saat masih hidup (vital)
sehingga proses pengecetan ini disebut pengecatan supravital.
Retikulosit
adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda yang tidak
berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas
di sumsum tulang. Sel ini mempunyai jaringan organela basofilik yang terdiri
dari RNA dan protoforpirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila
dicat dengan pengecatan biru metilin. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah
tepi dan bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami
pematangan menjadi eritrosit.
Hitung
retikulosit sering digunakan sebagai ukuran produksi eritroid oleh
sumsum tulang. Sel normal beredar sebagai retikulosit
selama 1-2 hari dan sebagai eritrosit matang selama 120 hari. Bila kadar hemoglobin
normal, terdapat 0,5-2,5%retikulosit menunjukan aktifitas sumsum tulang yang
normal, apabila sumsum tulang sehat dan memiliki simpanan besi dan prekusor
lain yang memadai, derajat retikulositosis sejajar dengan derajat kehilangan
darah atau destruksi sel darah merah
Penghitungan retikulosit
dapat menggunakan dua cara, yaitu dengan
Metode basah dan metode kering;
a. Metode basah
Pemeriksaan retikulosit
dengan metode basah adalah darah vena dengan
antikoagulan EDTA, diencerkan dengan larutan yang
mengandung Brilliant Cresyl Blue dalam Methanol atau Natrium Klorida dan tanpa
di inkubasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan retikulosit dengan zat warna
supravital tanpa diinkubasi.
b. Metode Kering
Pemeriksaan retikulosit
dengan metode kering adalah darah vena dengan
antikoagulan EDTA diencerkan dengan larutan yang
mengandung Brilliant Cresyl Blue dalam Natrium Klorida atau dapat jua menggunakan
New Methylene Blue, kemudian di inkubasi pada suhu 370 C selama 10-30 menit,
sehingga retikulosit pada mikroskop tampak berwarna biru dengan filamen atau
granula berwarna biru tua dan kemudian dilakukan pemeriksaan retikulosit.
Peningkatan jumlah
retikulosit yang di sertai kadar HB normal mengindikasikan adanya penghancuran
atau penghilangan eritrosit berlebihan yang diimbangi dengan peningkatan sumsum
tulang. Peningkatan retikulosit disertai dengan kadar HB yang rendah
menunjukkan bahwa respon tubuh terhadap anemia tidak adekuat. Penyakit yang
disertai peningkatan jumlah retikulosit antara lain anemia hemiliti, anemia sel
sabit, tlasemia mayor, leukemia, eritroblastik feotalis, HBC dan D positif,
kehamilan, dan kondisi pasca pendarahan berat.
Penurunan jumlah retikulosit
yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis aplastic yaitu kejadian diamana
deskruksi eritrosit tetap berlansung sementara produksi eritrosit terhenti,
misalnya pada anemia hemilitik kronis karena HBS, anemia pernisiona, anemia
difisiensi asam fola, anemia aplastic, terapi radiasi, hipofungi andenocotical,
hipofungi hipifise anterior, dan tirosis hati.
Adapun hasil yang didapatkan
dalam praktikum kali ini yaitu di dapatkannya retikulosit pada sedian. Dimana
nilai rujukannya yaitu:
1.
Dewasa: 0.5 -
1.5%
2.
Bayi baru lahir:
2.5 - 6.5%
3.
Bayi: 0.5 – 3.5%
4.
Anak: 0.5 – 2.0%
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
yaitu:
1.
Bila
hematokritnya rendah maka perlu ditambahkan darah
2.
Cat yang tidak
disaring menyebabbkan pengendapan cat pada sel-sel eritrosit sehingga terlihat
seperti retikulosit
3.
Menghitung di
daerah yang terlalu padat
4.
Peningkatan
kadar glucose akan mengurangi pewarnaan
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil
yang didapatkan yaitu ditemukannya
retikulosit pada sediaan yang telah diwarnai dan di periksa di bawah mikroskop.
B. SARAN
Diharapkan pada praktikum selanjutnya praktikan dapat memahami prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan dan mempraktekkannya dengan baik dan lebih
teliti serta mengefisienkan waktu dengan sebaik-baiknya juga selalu menggunakan
APD pada saat sedang berada di dalam laboratorium. Serta dapat mencoba metode
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Barta,
Made. 2017. Hematologi Klinik Ringkas.
Jakarta: EGC
Fitriyadi,
K dan Sutikno. 2016. Pengenalan Jenis
Golongan Darah Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron. Semarang:
Jurnal Masyarakat Informatika.
Firani,
Novi Khila. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah
dan Kelainan Darah. Malang: Tim UB Press.
Idris Aprilianti Sri, 2018.” Gambaran Retikulosit Terhadap Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (Oat)
Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Perumnas Kadia Kota Kendari”. Kendari: Mediatory. Vol.6, No.1
Ifana Lutfi Zefika dan Lucia S. Gunawan, 2019.” Perbedaan Jumlah Retikulosit Sebelum dan Sesudah Pemberian Tablet Tambah Darah”. Surakarta: Jurnal Biomedika. Voi.12, No.12
Kurniawati Yesinta, 2016.” Toksisitas Subkronis Tablet Fraksi Ea-96 Herba Sambiloto (Andrographis
Paniculata Nees)Pada Hati Dan Ginjal Tikus Wistar”. Surabaya: Skripsi
Liswanti Yane dan Firda Nur Arifah, 2015.” Gambaran Jumlah Retikulosit Sebelum Dan Setelah Donor
Darah”. Tasikmalaya: Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada.
Vol.13, No.1
Prof. Dr. Riadi Wirawan, 2010.” Retikulosit”. Tangerang
Setyawati,dkk. 2005.”Indeks Produksi Retikulosit Pada Berbagai Klasifikasi Anemia”.
Yogyakarta: Jurnal Berkela Ilmu Kedokteran. Vol.37, No.1
Soega Ketut, 2010.”
Aplikasi Klinis
Retikulosit”. Jakarta: Jurnal Umum
Sutjahjo Ari, 2015.”Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Dalam”. Surabaya: Airlangga University Press
Widiastuti, 2019.”
Gambaran Hasil Pemeriksaan
Darah Rutin (Trombosit Dan Hemoglobin) Pada
Mahasiswa Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kendari”. Kendari: Karya Tulis Ilmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar