Minggu, 03 Mei 2020

LAPORAN PEMERIKSAAN RETIKULOSIT


LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI III
PEMERIKSAAN RETIKULOSIT

Description: IMG-20190326-WA0004

NAMA            : VIRA SAPUTRI
NIM                : 18 3145 353 083
KELAS           : 2018 C







PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
                                                                        2019/2020          


BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR  BELAKANG
Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri. Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dalam darah. Leukosit (sel darah putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera atau tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit. Trombosit penting dalam homeostasis, penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera. Jika darah mengalami gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan terganggu pula (Khairil dan Sutikno, 2016).
Menurut Made pada tahun, 2016, darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu:
1.    Plasma darah :  Bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah.
2.    Butri- butir darah (Blood Corpucles), yang terdiri atas, eritrosit sel darh merah (SDM) –red blood cell (RBC) dan lekosit sel darah putih (SDP)- white blood cell (WBC) dan trombosit butir pembeku platelet.
Retikulosit adalah sel yang dapat dilihat dengan pewarnaan supravital yang mewarnai asam nukelat dan harus mempunyai lebih dari 2 granula yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya dan granula tersebut tidak boleh berada di tepi membran sel. Pewarnaan supravital yang dapat digunakan adalah larutan Brilliant Cresyl Blue, New Methylene Blue, Azure B, Acridine orange untuk metoda visual dan zat warna fluorokrom seperti Thiazole orange, Auramine O, Oxazine dan Polymethine yang bisa digunakan pada metode otomatik. retikulosit dapat diperiksa dengan cara manual dan otomatik (Prof. dr.Riandi, 2010) .
Manfaat hitung retikulosit membantu dokter untuk mengetahui aktifitas dari eritropoesis. Bila meningkat akan disertai dengan peningkatan jumlah retikulosit absolut dan nilai IRF. Hal ini terjadi pada eritropoesis yang efektif. Pada eritropoesis yang tidak efektif, peningkatan IRF tidak disertai dengan meningkatnya jumlah retikulosit absolut (Prof. dr.Riandi, 2010) .
Oleh karena itu, dilakukanlah pemeriksaan retikulosit, dimana untuk mengetahui apakah ada penyakit-penyakit dan untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam volume darah tertentu serta mempelajari prosedur kerja dari pemeriksaan agar bisa lebih dipahami.
B.  TUJUAN
Untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam volume darah tertentu.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Di dalam darah terkandung berbagai macam komponen, baik komponen cairan berupa plasma darah, maupun komponen padat berupa sel-sel darah. Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang darah dan jaringan pembentuk darah. Di dalam darah mengandung sel-sel darah serta cairan yang di sebut plasma darah yang berisi berbagai zat nutrisi maupun substansi lainnya. Sekitar 55 % darah merupakan komponen cairan atau plasma, sisanya yang 45% dalah komponel sel-sel darah. Komponen sel-sel darah yang paling banyak adalah sel darah merah atau eritrosit yaitu sejumlah 41% (Novi, 2018) .
Darah memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai transportasi darah, mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh untuk metabolisme. Karbon dioksida yang dihasilkan selama metabolisme dibawa kembali ke paru-paru oleh darah, di mana ia kemudian dihembuskan keluar. Darah juga menyediakan sel-sel nutrisi, mengangkut hormone dan membuang produk li/mbah dari hati, ginjal atau usus. Regulasi, Darah membantu menjaga keseimbangan tubuh. Misalnya, memastikan suhu tubuh tetap terjaga. Hal ini dilakukan baik melalui plasma darah, yang bisa menyerap atau mengeluarkan panas, serta melalui kecepatan aliran darah. Saat pembuluh darah melebar, darah mengalir lebih lambat dan ini menyebakan panas hilang. Bila suhu lingkungan rendah maka pembuluh darah bisa berkontraksi, sehingga sesedikit mungkin panas bisa hilang. Perlindungan, Jika pembuluh darah rusak, bagian tertentu dari gumpalan darah bersatu dengan sangat cepat memastikan bagian luka berhenti berdarah. Inilah cara tubuh terlindungi dari kehilangan darah. Sel-sel darah putih dan zat pembawa lainnya juga berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh (Widiastuti, 2019) .
   Sel darah darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, eritrosit  mempunyai kandungan protein hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen dari paru ke seluruh sel tubuh. Sel eritrosit diproduksi di sumsum tulang. Eritrosit terbentuk melalui beberapa tahapan yaitu pembelahan dan perubahan morfologi sel-sel berinti dimulai dari proeritoblas sampai ortokromatik eritroblas, kemudian membentuk eritrosit tidak berinti yang disebut retikulosit dan akhirnya menjadi eritrosit (Yesinta, 2016) .
            Retikulosit adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda yang tidak berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang .Sel ini mempunyai jaringan organela basofilik yang terdir  dari RNA dan protoforpirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila di cat dengan pengecatan bi ru metlin. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang lebi h selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit (Ketut, 2010) .
      Retikulosit biasanya berada di darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tulang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari (Zefika, 2019) .
        Retikulosit yang sangat muda (imatur) adalah retikulosit yang di lepaskan ke darah tepi akibat adanya rangsangan akibat anemia dan hal ini di sebut stress edreticulocyte. Retikulosit jenis ini mempunyai masa hidup invivo yang lebih pendek apabila di tranfusi kan kedalam resipien normal dan secara umum di anggap sel ini tidak normal karena tidak melalui perkembangan sel yang normal sampai kedivisi terminal dari perkembangan. Diperkirakan waktu pemat angan r etikulosit adalah berkisar antara 2–5 jam, tergantung metode yang di pakai, spesi es yang di pelajari dan juga tingkat stimulasi Proses eritropoesis tersebut. Faktor yang menent ukan kapan retikulosit keluar dari sumsum tulang kesirkulasi masih belum jelas di ketahui (Ketut, 2010) .
         Tingkat maturitas retikulosit dapat menjadi indikator klinis aktivitas eritropoetik serta informasi tambahan yang berguna di samping nilai hitung retikulosit. Peningkatan retikulosit imatur umumnya terjadi pada regenerasi sumsum tulang pasca kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang dan pasca terapi anemia sehingga dapat digunakan untuk mengikuti hasil pengobatan anemia7. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan massa eritrosit dengan akibat oksigenasi jaringan tidak dapat terpenuhi. Beberapa jenis anemia yang ada pada pasien tuberkulosis yaitu anemia penyakit kronis, merupakan salah satu penyebab tersering anemia pada penderita. Anemia penyakit kronis ditemukan pada 72 % penderita tuberkulosis yang mengalami infiltrasi ke sumsum tulang (Sri Aprilianti, 2018) .
      Jumlah retikulosit normal ada pada darah tepi karena dalam proses penuaan eritrosit terjadi penurunan lambat metabolisme eritrosit. Banyak enzim memperlihatkan penurunan fungsi, dan sel menjadi lebih peka terhadap lisis osmotik. Sekitar 1 % sel darah merah disingkirkan setiap hari oleh system retikuendotel (RES). Sel-sel ini diganti oleh retikulosit dari sumsum tulang. Tubuh yang kehilangan darah akan menimbulkan respon  eritropoetin yang diatur oleh hormon eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal dalam enam jam, dan hitung retikulosit naik dalam 2 sampai 3 hari dan mencapai puncaknya 4 sampai 7 hari. Angka ini akan tetap tinggi sampai kadar hemoglobin kembali normal. Hitung retikulosit yang tidak meningkat pada seseorang memberi dugaan terganggunya  fungsi sumsum tulang atau kurangnya rangsangan eritropoeitin (Yane Liswanti, 2015) .
          Hitung reikulosit merupakan komponen penting dari pemeriksaan darah lengkap yang relative akuurat, sedehana, dan praktis untuk menggambarkan jumlah produk eritrosit oleh sistem eritropoetik sehingga dapat dikerjakan dilaboratorium yang relative sederhana. Gambaran retikulosit sedarhana  sesungguhnya oleh sumsum tulang ditunjukkan dengan nilai IPR yang dihitung dengan cara koreksi 2 tahap hitung retikulosit. Koreksi pertama adalah terhadap derajat anemia penderita yang digambarkan dengsn rasio hematocrit (Ht) disbanding normal, dan koreksi kedua adalah terhadap wakru pematangannya di darah tepi yang memanjang karena pelepasan retikulosit sumsum tulang terjadi lebih awal (Setyawati, 2005) .
       Pemeriksaan hitung retikulosit dilakukan secra manual menggunakan pengecetan supravital dengan brilliant crecyl blue. Jumlah retikulosit dihitung di bawah mikroskop (menggunakan “jendela” ocular manual) dalam 1000 eritrosit kemudian kemudian di konversi dalam persen. Retikulosit di identifikasi sesuai standar hitung manual yaitu eritrosit tidak berinti yang mengandung 2 atau lebih partikel tercat biru sebagai presipitasi substansi RNA ribosomal (Setyawati, 2005)
        Hitung retikulosit dapat berupa persentasi sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau reticulocyte production indeks. produksi sel darah merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus dibandingkan dengan jumlah yang di produksi pada penderita tanpa anemia. Rumus hitung retukulosit terkoreksi = [{(% retikulosit penderita x hamtokrit)45}/Faktor koreksi] (Ari Sutjahjo,2015) .
         Hitung retikulosit yang meningkat pada kadar hemoglobin yang normal menunjukkan bahwa sel darah merah sedang mengalami kerusakan atau hilang, tetapi sumsum tulang telah meningkatkan produksi eritrosit untuk mengkompensasi kebutuhan tubuh. Pada kadar hemoglobin yang rendah, hitung retikulosit 0,5% sampai 2,5% mengisyaratkan bahwa respon terhadap anemia tidak memadai. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan atau penurunan produksi sumsum tulang atau penurunan kadar eritropoietin (Zefika, 2019) .
















BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Waktu
          Adapun waktu yang dilaksanakannya peda praktikum Hematologi III kali ini  yaitu :
Hari      : Sabtu
Tanggal : 25 April 2020
Pukul    :18.00-10.00 WITA. 
B.  Alat Dan Bahan
     1.Alat
a.    Mikroskop
b.    Mikropipet 50ml + Tips kuning
c.    Tabung Reaksi 12x75mm
d.   Kaca objek
     2. Bahan
a.     Darah EDTA
b.    Larutan BCB (Briliant Cresyl Blue)
c.     Oil Emersi
C. Prinsip Kerja
              Setelah eritrosit muda kehilangan intinya, ada sedikit sisa RNA pada sel darah merah dan sel itu disebut retikulosit untuk mengetahui adanya RNA maka sel darah merah harus diperiksa pada saat masih hidup (vital) sehingga proses pengecetan ini disebut pengecatan supravital.
     D. Pra-Analitik
1.  Persiapan Pasien :
Tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan  Sampel :
 Tes sebaiknya   dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam darah dimasukkan kedalam   tabung EDTA
E. Analitik
1.   Disiapkan darah EDTA ±2cc
2.   Dipipet 50ml larutan BCB, Masukkan dalam tabung reaksi
3.   Dipipet 50ml darah EDTA dan homogenkan bersama larutan BCB
4.   Diinkubasi campuran larutan  tadi selama 15-20’ pada suhu 37 derajat
5.   Dibuat apusan dari campuran larutan seperti apusan darah tipis
6.   Dikeringkan dan lansung dibacaa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x
7.   Diitung jumlah retikulosit dalam 1000 eritrosit.
F. Pasca Analitik
1.   Dewasa : 0.5 - 1.5 %
2.   Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %
3.   Bayi : 0.5 - 3.5 %
4.   Anak : 0.5 - 2.0 %























BAB IV
     HASIL DAN PEMBAHASAN
Text Box:  A. HASIL
           

Pada praktikum pemeriksaan







B. PEMBAHASAN
       Pada praktikum yang dilakukan tentang pemeriksaan retikulosit menggunakan metode pewarnaan supravital. Sampel darah dicampur dengan larutan brillian cresyl blue (BCB) atau new methylene blue maka ribosom akan terlihat sebagai filament berwarna biru. Jumlah retikulosit di hitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %, jadi hasilnya dibagi 10. Pemeriksaan ini untuk mengukur jumlah sel darah merah muda dalam volume darah tertentu.
                      Adapun prinsip dari praktikum kali ini yaitu Setelah eritrosit muda kehilangan intinya, ada sedikit sisa RNA pada sel darah merah dan sel itu disebut retikulosit untuk mengetahui adanya RNA maka sel darah merah harus diperiksa pada saat masih hidup (vital) sehingga proses pengecetan ini disebut pengecatan supravital.
             Retikulosit adalah Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda yang tidak
berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Sel ini mempunyai jaringan organela basofilik yang terdiri dari RNA dan protoforpirin yang dapat berupa endapan dan berwarna biru apabila dicat dengan pengecatan biru metilin. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi dan bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami pematangan menjadi eritrosit.
             Hitung retikulosit sering digunakan sebagai ukuran produksi eritroid oleh
sumsum tulang. Sel normal beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari dan sebagai eritrosit matang selama 120 hari. Bila kadar hemoglobin normal, terdapat 0,5-2,5%retikulosit menunjukan aktifitas sumsum tulang yang normal, apabila sumsum tulang sehat dan memiliki simpanan besi dan prekusor lain yang memadai, derajat retikulositosis sejajar dengan derajat kehilangan darah atau destruksi sel darah merah
    Penghitungan retikulosit dapat menggunakan dua cara, yaitu dengan
Metode basah dan metode kering;
a. Metode basah
Pemeriksaan retikulosit dengan metode basah adalah darah vena dengan
antikoagulan EDTA, diencerkan dengan larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue dalam Methanol atau Natrium Klorida dan tanpa di inkubasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan retikulosit dengan zat warna supravital tanpa diinkubasi.
b. Metode Kering
Pemeriksaan retikulosit dengan metode kering adalah darah vena dengan
antikoagulan EDTA diencerkan dengan larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue dalam Natrium Klorida atau dapat jua menggunakan New Methylene Blue, kemudian di inkubasi pada suhu 370 C selama 10-30 menit, sehingga retikulosit pada mikroskop tampak berwarna biru dengan filamen atau granula berwarna biru tua dan kemudian dilakukan pemeriksaan retikulosit.
      Peningkatan jumlah retikulosit yang di sertai kadar HB normal mengindikasikan adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan yang diimbangi dengan peningkatan sumsum tulang. Peningkatan retikulosit disertai dengan kadar HB yang rendah menunjukkan bahwa respon tubuh terhadap anemia tidak adekuat. Penyakit yang disertai peningkatan jumlah retikulosit antara lain anemia hemiliti, anemia sel sabit, tlasemia mayor, leukemia, eritroblastik feotalis, HBC dan D positif, kehamilan, dan kondisi pasca pendarahan berat.
   Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis aplastic yaitu kejadian diamana deskruksi eritrosit tetap berlansung sementara produksi eritrosit terhenti, misalnya pada anemia hemilitik kronis karena HBS, anemia pernisiona, anemia difisiensi asam fola, anemia aplastic, terapi radiasi, hipofungi andenocotical, hipofungi hipifise anterior, dan tirosis hati.
    Adapun hasil yang didapatkan dalam praktikum kali ini yaitu di dapatkannya retikulosit pada sedian. Dimana nilai rujukannya yaitu:
1.    Dewasa: 0.5 - 1.5%
2.    Bayi baru lahir: 2.5 - 6.5%
3.    Bayi: 0.5 – 3.5%
4.    Anak: 0.5 – 2.0%
       Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium yaitu:
1.    Bila hematokritnya rendah maka perlu ditambahkan darah
2.    Cat yang tidak disaring menyebabbkan pengendapan cat pada sel-sel eritrosit sehingga terlihat seperti retikulosit
3.    Menghitung di daerah yang terlalu padat
4.    Peningkatan kadar glucose akan mengurangi pewarnaan













BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan yaitu ditemukannya retikulosit pada sediaan yang telah diwarnai dan di periksa di bawah mikroskop.
B. SARAN
Diharapkan pada praktikum selanjutnya praktikan dapat memahami prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan mempraktekkannya dengan baik dan lebih teliti serta mengefisienkan waktu dengan sebaik-baiknya juga selalu menggunakan APD pada saat sedang berada di dalam laboratorium. Serta dapat mencoba metode lain.



















DAFTAR PUSTAKA
Barta, Made. 2017. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC

Fitriyadi, K dan Sutikno. 2016. Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron. Semarang: Jurnal Masyarakat Informatika.

Firani, Novi Khila. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. Malang: Tim UB Press.
Idris Aprilianti Sri, 2018. Gambaran Retikulosit Terhadap Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (Oat) Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Perumnas Kadia Kota Kendari”. Kendari: Mediatory. Vol.6, No.1

Ifana Lutfi Zefika dan Lucia S. Gunawan, 2019. Perbedaan Jumlah Retikulosit Sebelum dan Sesudah  Pemberian Tablet Tambah Darah”. Surakarta: Jurnal Biomedika. Voi.12, No.12

Kurniawati Yesinta, 2016. Toksisitas Subkronis Tablet Fraksi Ea-96 Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees)Pada Hati Dan Ginjal Tikus Wistar”. Surabaya: Skripsi

Liswanti Yane dan Firda Nur Arifah, 2015. Gambaran Jumlah Retikulosit Sebelum Dan Setelah Donor Darah”. Tasikmalaya: Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol.13, No.1

Prof. Dr. Riadi Wirawan, 2010. Retikulosit”. Tangerang

Setyawati,dkk. 2005.”Indeks Produksi Retikulosit Pada Berbagai Klasifikasi Anemia”. Yogyakarta: Jurnal Berkela Ilmu Kedokteran. Vol.37, No.1

Soega Ketut, 2010. Aplikasi Klinis Retikulosit”. Jakarta: Jurnal Umum

Sutjahjo Ari, 2015.”Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam”. Surabaya: Airlangga University Press

Widiastuti, 2019. Gambaran Hasil Pemeriksaan Darah Rutin (Trombosit Dan Hemoglobin) Pada   Mahasiswa Jurusan Analis  Kesehatan Poltekkes  Kendari”. Kendari: Karya Tulis Ilmiah










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PEMERIKSAAN DEFISIENSI ENZIM G6PD

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI II I PEMERIKSAAN DEFISISENSI ENZIM GLUKOSA -6- FOSFAT - DEHIDROGENASE (G6PD) NAM A             : VI...